Kamis, 25 April 2013

 SENJA DI UJUNG BARAT JAWA
Note : Cerpen pertama.  
Sebuah cerita sederhana yang terinspirasi dari kisah seorang kawan
(Fiksi)


      Gemercik hujan cumbui semesta yang terdiam. Aku suka, aku hampir jatuh cinta pada hujan yang turun di pagi hari. Selalu terasa saat damainya memeluk hangat sebuah ingatan, dan membawaku mendekat akan hasrat rindu tanpa batas. Pagi itu sangat tenang, Lalu-lalang kendaraan didepan kamarku nampak begitu lenggang. Namun sesekali terdengar gemuruh mesin kendaraan dan langkah kaki manusia yang memaksa menembus guyuran hujan. Langkah dan suara itupun menjauh sedikit demi sedikit, perlahan, dan mulai hilang dalam kesunyian. Burung-burung tak tampak beterbangan seperti pagi biasanya. Langit semakin menghitam, seolah menjadi pertanda bahwa mentari enggan muncul dengan sinarnya. Kini mendung telah berubah dan menangis begitu deras membasahi object yang ada dibawahnya. Sementara itu, aku masih terbaring tertutup selimut tebal disekitar badan. Kueratkan selimut itu untuk menemaniku melawan suhu 13 derajat celcius yang  telah dibawa hujan. Semakin jauh,  suasana telah membawa nalarku bermain-main dengan angan-angan, impian, flashback masa lalu, dan beberapa cerita cinta yang usang termakan waktu. 
      "Kringggg Kriiing kringggggggggggggg"  Alarm berteriak di gendang telingaku dan menghentak menembus bawah alam sadarku. Suara itu telah menyeret sebuah lamunan dari paska tidur lelap semalam. Sekarang aku benar-benar terbangun ke sebuah kehidupan nyata. "Selamat pagi" tapi jangan berharap lebih dari kalimat ini. Karena seperti biasanya, tak ada satupun sapaan itu terlontar ; entah dari lisan, sms, atau jejaring sosial semacam twitter, facebook, Blackberry Mesengger atau kawan-kawan sejenisnya. Entah apa yang akan terjadi ? aku tak pernah sanggup untuk menerka apa yang akan terjadi hari ini bahkan tak mampu untuk menerka apa yang akan terjadi beberapa menit nanti. Sampai kapanpun, Manusia tak akan pernah bisa menembus skema pola waktu. 

      "Dre..Dre..Andrea..Bangun!!" Terdengar suara itu samar-samar dari lorong pendek
       menuju kamarku, namun semakin jelas terdengar seiring gemuruh hujan yang perlahan
       bergerak lamban dan mulai terdiam. 
      "Cepat mandi, kamu katanya ada janji hari ini dre!!" 
       Sahut mama sambil berjalan menghampiriku yang tampak telah siuman namun masih
       terbaring malas. 

Biasanya Hari libur tanpa pacar itu hampir dihabiskan dengan 70% tidur, 20% melamun  dan 10% aktifitas.  Tapi hari ini berbeda! I have a first date. Terlihat menyenangkan walaupun tanpa sapaan selamat pagi darinya. 

      "Iya mam, aku udah bangun" 
        sahutku, sambil bangkit dari arena mimpi semalam dan mulai mempersiapkan
        peralatan tempurku  di kamar mandi.


***

      Satria Andrea Mandela; Just Call me, Andrea. Aku seorang Remaja 18 Tahun yang tinggal di sebuah kota kecil yg berpenduduk sekitar 1,4 juta jiwa. Kota ramah yg terletak di ujung barat Jawa. Aku terlalu cerdas untuk menjadi orang berengsek, dan aku terlalu tampan untuk menjadi seorang penjahat. It's me, As is like this. Undescrible, kompleks, lucu, labil, dan tak bisa ditebak. 
     Selepas ritual air yang biasa dilakukan pagi hari oleh manusia normal, aku sedikit mengkoreksi penampilanku pagi ini dengan berdiri dihadapan cermin. Aku berdiri menggunakan pakaian lengkap. Skinny jeans berwarna dark blue, kemeja denim biru, Convers hitam classic, dan sunglass dengan lensa bening dipadu frame bernuansa dark gold.  Bayangan cermin merefleksikan dengan sempurna keseluruhan wujudku. Aku merasa percaya diri, ditambah atmosfer tubuhku mulai terbakar aroma bulggary yang tidak terlalu fulgar. Bersembunyi dan aromanya lembut membungkus tubuhku. "Fix" aku terlihat sangat menarik didepan cermin ini. 
      Fisrt date semua orang selalu berusaha untuk tampil sempurna. Karna kesan awal memberikan sedikit gambaran tentang prospek kedepan. Handphone kembali berdering, memalingkan pandangku dari sang cermin yang kutatap fokus dari 15 menit sebelumnya.
          
         "Hallo, Lagi apa dre ?" 
           Terdengar suara ramah dan akrab terdengar di telingaku. Suara Gladis membuat aku
           bahagia, walaupun dia hanya mengucapkan kalimat basa-basi paling terkenal di muka
           bumi.
          "Gue, baru beres siap siap Dis.  Kita jadi pergi kan?" aku sambut lagi dengan
            pertanyaan yang berbentuk basa-basi juga..
          "Jadi ko Dre. Gua baru mau siap-siap nih. Karna takut gajadi makanya tadi gua gak 
             siap-siap apa-apa" Jawab Gladis sambil tertawa kecil.
          "Oh yaudah gue jemput jam 10.00 yah dis" (Kepastian waktu)
          "Yaudah kalo gitu, gue prepare dulu yah ndre" Sebuah kalimat kode percakapan telpon
            yang akan segera berakhir.
          "Oke dis, See you"
          "Iah Dre. Bye..." Suaranya mengalun indah lalu menghilang




Bersambung...


"Seperti senja yang berhadapan dengan bulan. Ketika malam datang, dia menghilang dibalik kegelapan. Lalu dia kembali berhadapan esok harinya, namun dia terpaksa kembali menghilang lagi seperti biasanya. Karna senja faham, dia harus pergi Saat bulan telah tersenyum lagi bersama gelap malam yang panjang (Y.R. Albantani)"